Minggu, 23 Mei 2010

KUMPULAN DONGENG KECAPI SAKTI

DONGENG KECAPI SAKTI

Di suatu desa, ada orang yang bernama si Nahum. Dia hidup bersama ibunya karena sejak dalam kandungan ayahnya sudah pergi entah kemana, dan tidak pernah kembali.
Seperti halnya orang-orang lain di desa itu, si Nahumdan ibunya mengerjakan ladang yang ditanami dengan padi. Ladang itu telah menjadi sumber kehidupan mereka. Beberapa bulan setelah ladang itu mereka tanami dengan padi, tibalah waktunya untuk menyiangi ladang padi mereka, si Jihana mengatakan kepada ibunya bahwa mereka tidak perlu bekerja menyiangi ladang padi. Kecapi sakti kepunyaannya bisa dipergunakan untuk menyiangi ladang itu, tanpa mereka harus bekerja membersihkan rumput yang sudah banyak tumbuh.
Ketika orang-orang lain sedang sibuk bekerja menyiangi ladang padi mereka masing-masing, datanglah si Nahum mengunjungi mereka sambil memainkan kecapinya, si Nahum terus-menerus berkata “Hilanglah rumput suburlah padi.”
Orang-orang melihat perbuatan si Nahum itu merasa heran dan bertanya-tanya mengapa dia tidak kerja menyiangi ladang padinya. Mendengar pernyataan itu si Nahum mengatakan, ‘ Saya tidak perlu capek bekerja. Dengan memeinkan kecapi, ladang padi saya akan bersih sendiri dan rumputnya karena kecapi saya ini adalah kecapi sakti yang bisa membersihkan rumput-rumpu yang tumbuh pada ladang.
Pada mulanya, orang-orang sama sekali tidak percaya bahwa kecapi yang dimainkan si Nahum itu bisa menyiangi ladang sehingga bersih rumputnya, namun, setelah mereka melihat sendiri keadaan ladang padi si nahum yang bersih dari rumput, sementara si Nahum sendiri kerjanya setipa hari hanya memeinkan kecapinya kesana kemari, percayalah mereka bahwa kecapi kepunyaan si Nahum memang benar sekali. Tidak lama kemudian, tersiarlah berita keseluruh pelosok desa bahwa si Nahum mempunyai kecapi sakti yang bisa meyiangi ladang.
Karena mendengar berita itu, seorang lelaki datang menemui si nahum. Lelaki itu datang menemui si nahum. Lelaki itu di kenal dengan julukan si Pemalas. Dia dijuluiki orang demikian karena dia memang sangat malas sehingga dia tidak pernah mau membatu istrinya bekerja ke ladang. Yang di lakukan si Pemalas setipa hatinya hanyalah berjudi atau mengobrol di kedai kopi sambil bermain catur.
Pada saat bertemu dengan si Nahum, langsung si pemalas mengutarakan keinginanya untuk meminjam kecapi sakti kepunyaan si Nahum.
‘Saya mau menyiangi ladang padi saya dengan kecapi itu,’ kata si Pemalas sambul menunjukkan kecapi kepunyaan si Nahum.
Tentu saja si Nahum menolak unutk meminjamkan kecapi saktinya kepada si Pemalas. Bagaimanapun caranya si pemalasmembujuk, si Nahum btetap menolak untuk meminjamkan kecapinya. Karena si nahum tetap menolak, akhirnya si Pemalas memutuskan untuk menukar kecapi si Nahum dengan perhiasan emas. Itulah yang ditunggu-tunggu si Nahum. Dia pun menyetujui keputusan si Pemalas. Lalu, pergilah si pemalas mengambil perhiasan istrinya dari rumahya.
Tak lama kemudian, si Pemalas datang kembali menemui si Nahum untuk menyerahkan perhiasan emas itu. Sebelum kecapinya diserahkan kepada si Pemalas, kecapi itu lebuh dahulu dibungkus rapi oleh si Nahum. Kemudian, si Nahum menyerahkan kecapi sakti kepada si Pemalas sambil memberitahukan kepadanya bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi si Pemalas agar kesaktian kecapi itu tidak hilang.
Syarat pertama, kecapi itu tidak boleh langsung dimainkan, tetapi harus lebih dahulu ditunggu tiga hari tiga malam. Syarat kedua, kecapi itu harus diletakkan di atas para-para yang tergantung di atas tungku di dapur rumah. Syarat ketiga, kecapi itu sama sekali tidak boleh dipegang atau dimainkan anak-anak. Kalau sudah satu dari ketiga syarat itu dilanggar, dengan sendirinya kesaktian kecapi itu akan hilang.
Setelah mendengar penjelasan si Nahum mengenai segala persyaratan yang harus dipenuhinya, si Pemalas berjanji dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi semua persyaratan itu. Setelah bersalaman dengan si Nahum , pergilah si Pemalas membawa kecapi sakti itu kerumahnya. Sepanjang jalan, dia bersiul-siul dengan gembira karena kini dia sudah punya kecapi sakti. Si Pemalas merasa senang sekali. Dia yakin sepenuhnya bahwa tanpa bekerja sama sekali dia akan dapat menyiangi ladang padi yang sudah ditumbuhi rumput.
Ketika sampai di halaman rumahnya, si Pemalas bertemu dengan tiga orang anaknya yang sedang bermain-main di halaman itu. Ketika melihat ayah merek membawa sesuatu yang dibungkus, ketiga anak itu berebut bertanya apa yang dibawa ayahnya. Tanpa menjawab pertanyaan anak-anaknya itu, si Pemalas terus saja masuk rumah dan langsung pergi ke dapur. Kemudian, dia letakkan kecapi sakti itu ke atas para-para yang tergantung di atas tungku. Tanpa diketahui si Pemalas, ketiga orang anaknya mengintip apa yang dilakukan Si Pemalas di dapur itu.
Setelah meletakkan kecapi sakti itu di atas para-para, si Pemalas segera keluar rumah dengan maksud mencari si Nahum dan mengajaknya bermain catur. Dia menemukan si Nahum sedang duduk mengobrol di kedai kopi. Si Pemalas masuk ke kedai kopi, dan mengajuak si Nahum bermain catur dengan taruhan uang. Si Nahum menerima ajakan Si Pemalas dengan senang hati.
Sambil bermain catur, si Pemalas menceritakan kepada si Nahum bahwa kecapi saktinya sudah diletakkan di atas para-para. Lalu, si Nahum berkata,’Setelah tiga hari nanti, kamu akan melihat sendiri buktinya. Kamu boleh memainkannya sesuka hatimu dengan memainkan kecapi sakti itu di ladang padimu yang sudah banyak ditumbuhi rumput akan menjadi bersih. Semua rumput yang tumbuh mengganggu padi di ladang itu akan hilang.’’
Ketika si Pemalas dan Si Nahum asyik bermain catur di kedai kopi , ketiga anak si Pemalas memeriksa apa yang diletakkan ayah mereka di atas para-para. Mereka sangat penasaran hendak mengetahuinya karena ketika mereka tanyakan tadi ayah mereka tidak mau menjawab.
Tak lama kemudian, si Pemalas da Si Nahum yyang sedang asyik bermain catur di kedai kopi mendengar suarakecapi di petik. Mendengar suara kecapi itu, si pemalas segera keluar dari kedai kopi. Ternyata anaknya yang sulung sedang memainkan kecapi di jalan sambil diiringi kedua badinya dan beberapa kawan mereka. Rupanya, kecapi sakti yang diletakkan si Pemalas di atas para-para dapur sudah diambil anaknya.
Melihat kejadian itu si Nahum berkata,’Kesaktian kecapi itu sedah hilng dadn tidak dapat lagi digumakan menyiangi ladang padimu.’
Dalam hati, si Nahum tertawa karena kecapi itu sebenarnya sama sekali tidak sakti. Selama ini, dengan sembunyi-sembunyi dia menyiangi ladang padinya pada waktu malam hari. Kemudian, siangnya dia bermain kecapi bdan mengatakan kepada orang-orang bahwa kecapi yang dimainkannya itulah yang menyiangi ladang padinya itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar