Minggu, 23 Mei 2010

KUMPULAN DONGENG HKAYAT INDERA BANGSAWAN

HIKAYAT INDERA BANGSAWAN

Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama indera bungsu dan Negeri Kobat Syarial. Setelah beberapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut, dan sedekah kepada fakir miskin. Tak lama kemudian, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamil dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tuanya keluarnya dengan panag dan yang muda keluarnya dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda dinamai Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun smapailah usia tujuh tahun dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul,fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahui. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu himat dan ilmu tipu muslihat disaat perang. Maka baginda pun binbanglah, tidak tahu siapa yang patut untuk dijadikan rajadalam negeri karena anaknya memiliki kekuatan yang sama dan benar-benar gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadany,”barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegannya, ialah yang patut menjadi raja dalam negeri”
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju kearah m,atahari hidup. Maka daatang pada suatu hari, hujan turun dengen angin ribut, topan, kabut,gelap gulitadan tiada kelihatan apapun yang ada di hadapan. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan berpisah. Setelah hujan kembali reda, maka mereka saling mencari satu sama lain.
Tersebutlah pula perkataan Syah Peri yang sudah berpisah dengan adiknya. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah SWT dan berjalan dengan cepat-cepat. Berapa lama di jalan tibalah dia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Lalu nauklah ia ke atas mahligai itu dan meli9hat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia dilarang oleh seseorang. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluar dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa dnegerinya dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh oleh orangtuanya masuk kedalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul itulah terdapat perkakas dan dayang-dayang. Denang segera Syah Peri mengeluarkan Dayang-dayang itu. Tatkala Garuda datang, garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduk berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami-istri dihadapan para dayang-dayang.
Berbeda pula dengan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya, hingga sampailah ia ke padang dan bertemu raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa dia berada di negeri antah berantah yang di perintah oleh raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tidak, maka negeri itu akan dibunasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anaknay yang perempuan yang berparas elok. Sembilan orang anak raja sudah berada di dalam negeri. Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan pegi meolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu permainan yang disebut sarung kesaktian dan satu isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-kanak dan ilmu isyarat itu boleh membawanya ketempat jauh dalam waktu yang singkat.
Dengan menggunakan isyart yang diberikan raksasa itu, sampailah Indera Bangsawan di negeri Antah Berantah. Ia menjadikan dirinya budak-budak berambut keriting. Raja Kabir sangat tertarik kepadanya dan mengambilnya sebagai permainan Puteri Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat sukacita melihatnya dan menamainya si Hutan. Maka si Hutan disuruh Puteri Kemala Sari memelihara kambingnya yang dua ekor itu, kambing yang sepasang.
Pada suatu hari, Puteri Kemala Sari bercerita tetang nasib saudar sepupunya Puteri Ratna Sari yang negerinya sudah dirusakkan oleh garuda. Diceritakanyalah bahwa Peri Syah lah yang membunuh garuda tersebut.adapun Syah Peri memiliki adik kembar yang bernama Indera Bansawan. Ialah yang akan membunuh Buraksa itu. Tetapi kapankah gerangan Indera Bangsawan akan tiba? Puteri Kemala Sari sedihsekali Si Hutan mencoba menghiburnya dengan menyanyikan pertunjukan yang manis. Maka Puteri Kemala Sari tertawa dan si Hutan juga makin disayangi oleh tuan puteri.
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, para tabib mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembukan penyakit itu. Baginda bertitah lagi ”Barang siapa yang daat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.” Setelah mendengar kata-kata itu si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutnya pada sebuah pohon kayu. Maka Ia pu duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperi dahulu kala. Hatta dataglah kesembilan anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak dijual dan hanya diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi panas. Maka anak raja yang sembilan orang pun rela untuk diselitkan besi panas. Dengan hati gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetaoi tabib mengatakan bahwa susu itu buklan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari neneknya yang raksasa. Tabib pun berkata bahwa itukah susu harimau. Diperaskannya susu harimau kemata tuan puteri, setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib maka sembuhlah tuan puteri.
Sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda menyuruh orang bebuat mahligai itu ditaruh satu bejana beisi air, supaya buraksa boleh datang meminumnya. Di sanalah kesembilan orang anak raja tersebut memperebutkan Tuan Puteri. Barang siapa yang membunuh Burqaksa itu, yaitu mendapat hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh dialah yang menjadi suani atas Tuan puteri.
Maka Tuan puteri pun ditinggalkan baginda di mahligai di tengah padang. Tuan Puteri terharu akan kesetiannya dan menamainya si Kembar. Si Kembar pun memohon kepada Tuan Puteri dan kembali mendapatkan raksasa neneknya. Raksasa neneknya memberikannya seekor kuda hijau dan mengajarinya cara-cara membunuh raksasa. Setelah itu, si Kembar pun meneiki kuda hijaunya dan menghampiri mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri bahwa dia adalah seorang penghuni hutan riba yang tiada bernama. Tujuan kedatangannya ialah hendak melihat anak raja yang sembilan itu membunuh Buraksa. Tuan Puteri menyilakan naik ke mahligai itu. Setel;ah menahan jerat pada mulut bejana itu dan mengikat ujung tali pada leher kudanya serta memesan kudanya menarik jerat itu bila buraksa itu datang meminum air, si Kembar pun naik ke Mahligai Puteri. Buraksa datang dengan bunyi gemuruh, tuan Puteri pun ketekutan dan di Kembar memangkunya.
Apabila melihat ada air di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukkannya kepala kedalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu dan Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar langsung d a t ang dan memarangnya hingga mati dan menghiris ketujuh hidung dan matanya. Setelah itu si Kembar pun mengucapkan “Selamat Tinggal” kepada Tuan Puteri dan gaib dari pedang itu. Tuan Puteri pun ternganga-nganga dan berpikir bahwa ia itulah Indera Bangsawan. Maka datanglah kesembilan anak raja itu dan melihat tidak ada lagi ketujuh hidung dan matanya, lalu mereka menyeret tubuh Buraksa dan dibawa ke hadapan raja dan raja tidak percaya karena tubuh yang diminta tidak ada lagi. Lau datanglah si Kembar dengan membawa ketujuh hidung dan mata Buraksa. Maka diberikanlah tuan puteri kepada Si Kembar. Si Kembar menolak dan mengatakan bahwa hamba adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan Puteri menerimanya dengan senang hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar