Minggu, 23 Mei 2010

KUMPULAN DONGENG HKAYAT INDERA BANGSAWAN

HIKAYAT INDERA BANGSAWAN

Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama indera bungsu dan Negeri Kobat Syarial. Setelah beberapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut, dan sedekah kepada fakir miskin. Tak lama kemudian, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamil dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tuanya keluarnya dengan panag dan yang muda keluarnya dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda dinamai Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun smapailah usia tujuh tahun dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul,fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahui. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu himat dan ilmu tipu muslihat disaat perang. Maka baginda pun binbanglah, tidak tahu siapa yang patut untuk dijadikan rajadalam negeri karena anaknya memiliki kekuatan yang sama dan benar-benar gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadany,”barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegannya, ialah yang patut menjadi raja dalam negeri”
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju kearah m,atahari hidup. Maka daatang pada suatu hari, hujan turun dengen angin ribut, topan, kabut,gelap gulitadan tiada kelihatan apapun yang ada di hadapan. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan berpisah. Setelah hujan kembali reda, maka mereka saling mencari satu sama lain.
Tersebutlah pula perkataan Syah Peri yang sudah berpisah dengan adiknya. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah SWT dan berjalan dengan cepat-cepat. Berapa lama di jalan tibalah dia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Lalu nauklah ia ke atas mahligai itu dan meli9hat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia dilarang oleh seseorang. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluar dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa dnegerinya dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh oleh orangtuanya masuk kedalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul itulah terdapat perkakas dan dayang-dayang. Denang segera Syah Peri mengeluarkan Dayang-dayang itu. Tatkala Garuda datang, garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduk berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami-istri dihadapan para dayang-dayang.
Berbeda pula dengan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya, hingga sampailah ia ke padang dan bertemu raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa dia berada di negeri antah berantah yang di perintah oleh raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tidak, maka negeri itu akan dibunasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anaknay yang perempuan yang berparas elok. Sembilan orang anak raja sudah berada di dalam negeri. Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan pegi meolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu permainan yang disebut sarung kesaktian dan satu isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-kanak dan ilmu isyarat itu boleh membawanya ketempat jauh dalam waktu yang singkat.
Dengan menggunakan isyart yang diberikan raksasa itu, sampailah Indera Bangsawan di negeri Antah Berantah. Ia menjadikan dirinya budak-budak berambut keriting. Raja Kabir sangat tertarik kepadanya dan mengambilnya sebagai permainan Puteri Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat sukacita melihatnya dan menamainya si Hutan. Maka si Hutan disuruh Puteri Kemala Sari memelihara kambingnya yang dua ekor itu, kambing yang sepasang.
Pada suatu hari, Puteri Kemala Sari bercerita tetang nasib saudar sepupunya Puteri Ratna Sari yang negerinya sudah dirusakkan oleh garuda. Diceritakanyalah bahwa Peri Syah lah yang membunuh garuda tersebut.adapun Syah Peri memiliki adik kembar yang bernama Indera Bansawan. Ialah yang akan membunuh Buraksa itu. Tetapi kapankah gerangan Indera Bangsawan akan tiba? Puteri Kemala Sari sedihsekali Si Hutan mencoba menghiburnya dengan menyanyikan pertunjukan yang manis. Maka Puteri Kemala Sari tertawa dan si Hutan juga makin disayangi oleh tuan puteri.
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, para tabib mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembukan penyakit itu. Baginda bertitah lagi ”Barang siapa yang daat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.” Setelah mendengar kata-kata itu si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutnya pada sebuah pohon kayu. Maka Ia pu duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperi dahulu kala. Hatta dataglah kesembilan anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak dijual dan hanya diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi panas. Maka anak raja yang sembilan orang pun rela untuk diselitkan besi panas. Dengan hati gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetaoi tabib mengatakan bahwa susu itu buklan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari neneknya yang raksasa. Tabib pun berkata bahwa itukah susu harimau. Diperaskannya susu harimau kemata tuan puteri, setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib maka sembuhlah tuan puteri.
Sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda menyuruh orang bebuat mahligai itu ditaruh satu bejana beisi air, supaya buraksa boleh datang meminumnya. Di sanalah kesembilan orang anak raja tersebut memperebutkan Tuan Puteri. Barang siapa yang membunuh Burqaksa itu, yaitu mendapat hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh dialah yang menjadi suani atas Tuan puteri.
Maka Tuan puteri pun ditinggalkan baginda di mahligai di tengah padang. Tuan Puteri terharu akan kesetiannya dan menamainya si Kembar. Si Kembar pun memohon kepada Tuan Puteri dan kembali mendapatkan raksasa neneknya. Raksasa neneknya memberikannya seekor kuda hijau dan mengajarinya cara-cara membunuh raksasa. Setelah itu, si Kembar pun meneiki kuda hijaunya dan menghampiri mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri bahwa dia adalah seorang penghuni hutan riba yang tiada bernama. Tujuan kedatangannya ialah hendak melihat anak raja yang sembilan itu membunuh Buraksa. Tuan Puteri menyilakan naik ke mahligai itu. Setel;ah menahan jerat pada mulut bejana itu dan mengikat ujung tali pada leher kudanya serta memesan kudanya menarik jerat itu bila buraksa itu datang meminum air, si Kembar pun naik ke Mahligai Puteri. Buraksa datang dengan bunyi gemuruh, tuan Puteri pun ketekutan dan di Kembar memangkunya.
Apabila melihat ada air di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukkannya kepala kedalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu dan Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar langsung d a t ang dan memarangnya hingga mati dan menghiris ketujuh hidung dan matanya. Setelah itu si Kembar pun mengucapkan “Selamat Tinggal” kepada Tuan Puteri dan gaib dari pedang itu. Tuan Puteri pun ternganga-nganga dan berpikir bahwa ia itulah Indera Bangsawan. Maka datanglah kesembilan anak raja itu dan melihat tidak ada lagi ketujuh hidung dan matanya, lalu mereka menyeret tubuh Buraksa dan dibawa ke hadapan raja dan raja tidak percaya karena tubuh yang diminta tidak ada lagi. Lau datanglah si Kembar dengan membawa ketujuh hidung dan mata Buraksa. Maka diberikanlah tuan puteri kepada Si Kembar. Si Kembar menolak dan mengatakan bahwa hamba adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan Puteri menerimanya dengan senang hati.

KUMPULAN DONGENG KECAPI SAKTI

DONGENG KECAPI SAKTI

Di suatu desa, ada orang yang bernama si Nahum. Dia hidup bersama ibunya karena sejak dalam kandungan ayahnya sudah pergi entah kemana, dan tidak pernah kembali.
Seperti halnya orang-orang lain di desa itu, si Nahumdan ibunya mengerjakan ladang yang ditanami dengan padi. Ladang itu telah menjadi sumber kehidupan mereka. Beberapa bulan setelah ladang itu mereka tanami dengan padi, tibalah waktunya untuk menyiangi ladang padi mereka, si Jihana mengatakan kepada ibunya bahwa mereka tidak perlu bekerja menyiangi ladang padi. Kecapi sakti kepunyaannya bisa dipergunakan untuk menyiangi ladang itu, tanpa mereka harus bekerja membersihkan rumput yang sudah banyak tumbuh.
Ketika orang-orang lain sedang sibuk bekerja menyiangi ladang padi mereka masing-masing, datanglah si Nahum mengunjungi mereka sambil memainkan kecapinya, si Nahum terus-menerus berkata “Hilanglah rumput suburlah padi.”
Orang-orang melihat perbuatan si Nahum itu merasa heran dan bertanya-tanya mengapa dia tidak kerja menyiangi ladang padinya. Mendengar pernyataan itu si Nahum mengatakan, ‘ Saya tidak perlu capek bekerja. Dengan memeinkan kecapi, ladang padi saya akan bersih sendiri dan rumputnya karena kecapi saya ini adalah kecapi sakti yang bisa membersihkan rumput-rumpu yang tumbuh pada ladang.
Pada mulanya, orang-orang sama sekali tidak percaya bahwa kecapi yang dimainkan si Nahum itu bisa menyiangi ladang sehingga bersih rumputnya, namun, setelah mereka melihat sendiri keadaan ladang padi si nahum yang bersih dari rumput, sementara si Nahum sendiri kerjanya setipa hari hanya memeinkan kecapinya kesana kemari, percayalah mereka bahwa kecapi kepunyaan si Nahum memang benar sekali. Tidak lama kemudian, tersiarlah berita keseluruh pelosok desa bahwa si Nahum mempunyai kecapi sakti yang bisa meyiangi ladang.
Karena mendengar berita itu, seorang lelaki datang menemui si nahum. Lelaki itu datang menemui si nahum. Lelaki itu di kenal dengan julukan si Pemalas. Dia dijuluiki orang demikian karena dia memang sangat malas sehingga dia tidak pernah mau membatu istrinya bekerja ke ladang. Yang di lakukan si Pemalas setipa hatinya hanyalah berjudi atau mengobrol di kedai kopi sambil bermain catur.
Pada saat bertemu dengan si Nahum, langsung si pemalas mengutarakan keinginanya untuk meminjam kecapi sakti kepunyaan si Nahum.
‘Saya mau menyiangi ladang padi saya dengan kecapi itu,’ kata si Pemalas sambul menunjukkan kecapi kepunyaan si Nahum.
Tentu saja si Nahum menolak unutk meminjamkan kecapi saktinya kepada si Pemalas. Bagaimanapun caranya si pemalasmembujuk, si Nahum btetap menolak untuk meminjamkan kecapinya. Karena si nahum tetap menolak, akhirnya si Pemalas memutuskan untuk menukar kecapi si Nahum dengan perhiasan emas. Itulah yang ditunggu-tunggu si Nahum. Dia pun menyetujui keputusan si Pemalas. Lalu, pergilah si pemalas mengambil perhiasan istrinya dari rumahya.
Tak lama kemudian, si Pemalas datang kembali menemui si Nahum untuk menyerahkan perhiasan emas itu. Sebelum kecapinya diserahkan kepada si Pemalas, kecapi itu lebuh dahulu dibungkus rapi oleh si Nahum. Kemudian, si Nahum menyerahkan kecapi sakti kepada si Pemalas sambil memberitahukan kepadanya bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi si Pemalas agar kesaktian kecapi itu tidak hilang.
Syarat pertama, kecapi itu tidak boleh langsung dimainkan, tetapi harus lebih dahulu ditunggu tiga hari tiga malam. Syarat kedua, kecapi itu harus diletakkan di atas para-para yang tergantung di atas tungku di dapur rumah. Syarat ketiga, kecapi itu sama sekali tidak boleh dipegang atau dimainkan anak-anak. Kalau sudah satu dari ketiga syarat itu dilanggar, dengan sendirinya kesaktian kecapi itu akan hilang.
Setelah mendengar penjelasan si Nahum mengenai segala persyaratan yang harus dipenuhinya, si Pemalas berjanji dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi semua persyaratan itu. Setelah bersalaman dengan si Nahum , pergilah si Pemalas membawa kecapi sakti itu kerumahnya. Sepanjang jalan, dia bersiul-siul dengan gembira karena kini dia sudah punya kecapi sakti. Si Pemalas merasa senang sekali. Dia yakin sepenuhnya bahwa tanpa bekerja sama sekali dia akan dapat menyiangi ladang padi yang sudah ditumbuhi rumput.
Ketika sampai di halaman rumahnya, si Pemalas bertemu dengan tiga orang anaknya yang sedang bermain-main di halaman itu. Ketika melihat ayah merek membawa sesuatu yang dibungkus, ketiga anak itu berebut bertanya apa yang dibawa ayahnya. Tanpa menjawab pertanyaan anak-anaknya itu, si Pemalas terus saja masuk rumah dan langsung pergi ke dapur. Kemudian, dia letakkan kecapi sakti itu ke atas para-para yang tergantung di atas tungku. Tanpa diketahui si Pemalas, ketiga orang anaknya mengintip apa yang dilakukan Si Pemalas di dapur itu.
Setelah meletakkan kecapi sakti itu di atas para-para, si Pemalas segera keluar rumah dengan maksud mencari si Nahum dan mengajaknya bermain catur. Dia menemukan si Nahum sedang duduk mengobrol di kedai kopi. Si Pemalas masuk ke kedai kopi, dan mengajuak si Nahum bermain catur dengan taruhan uang. Si Nahum menerima ajakan Si Pemalas dengan senang hati.
Sambil bermain catur, si Pemalas menceritakan kepada si Nahum bahwa kecapi saktinya sudah diletakkan di atas para-para. Lalu, si Nahum berkata,’Setelah tiga hari nanti, kamu akan melihat sendiri buktinya. Kamu boleh memainkannya sesuka hatimu dengan memainkan kecapi sakti itu di ladang padimu yang sudah banyak ditumbuhi rumput akan menjadi bersih. Semua rumput yang tumbuh mengganggu padi di ladang itu akan hilang.’’
Ketika si Pemalas dan Si Nahum asyik bermain catur di kedai kopi , ketiga anak si Pemalas memeriksa apa yang diletakkan ayah mereka di atas para-para. Mereka sangat penasaran hendak mengetahuinya karena ketika mereka tanyakan tadi ayah mereka tidak mau menjawab.
Tak lama kemudian, si Pemalas da Si Nahum yyang sedang asyik bermain catur di kedai kopi mendengar suarakecapi di petik. Mendengar suara kecapi itu, si pemalas segera keluar dari kedai kopi. Ternyata anaknya yang sulung sedang memainkan kecapi di jalan sambil diiringi kedua badinya dan beberapa kawan mereka. Rupanya, kecapi sakti yang diletakkan si Pemalas di atas para-para dapur sudah diambil anaknya.
Melihat kejadian itu si Nahum berkata,’Kesaktian kecapi itu sedah hilng dadn tidak dapat lagi digumakan menyiangi ladang padimu.’
Dalam hati, si Nahum tertawa karena kecapi itu sebenarnya sama sekali tidak sakti. Selama ini, dengan sembunyi-sembunyi dia menyiangi ladang padinya pada waktu malam hari. Kemudian, siangnya dia bermain kecapi bdan mengatakan kepada orang-orang bahwa kecapi yang dimainkannya itulah yang menyiangi ladang padinya itu

KUMPULAN DONGENG KECAPI SAKTI

DONGENG KECAPI SAKTI

Di suatu desa, ada orang yang bernama si Nahum. Dia hidup bersama ibunya karena sejak dalam kandungan ayahnya sudah pergi entah kemana, dan tidak pernah kembali.
Seperti halnya orang-orang lain di desa itu, si Nahumdan ibunya mengerjakan ladang yang ditanami dengan padi. Ladang itu telah menjadi sumber kehidupan mereka. Beberapa bulan setelah ladang itu mereka tanami dengan padi, tibalah waktunya untuk menyiangi ladang padi mereka, si Jihana mengatakan kepada ibunya bahwa mereka tidak perlu bekerja menyiangi ladang padi. Kecapi sakti kepunyaannya bisa dipergunakan untuk menyiangi ladang itu, tanpa mereka harus bekerja membersihkan rumput yang sudah banyak tumbuh.
Ketika orang-orang lain sedang sibuk bekerja menyiangi ladang padi mereka masing-masing, datanglah si Nahum mengunjungi mereka sambil memainkan kecapinya, si Nahum terus-menerus berkata “Hilanglah rumput suburlah padi.”
Orang-orang melihat perbuatan si Nahum itu merasa heran dan bertanya-tanya mengapa dia tidak kerja menyiangi ladang padinya. Mendengar pernyataan itu si Nahum mengatakan, ‘ Saya tidak perlu capek bekerja. Dengan memeinkan kecapi, ladang padi saya akan bersih sendiri dan rumputnya karena kecapi saya ini adalah kecapi sakti yang bisa membersihkan rumput-rumpu yang tumbuh pada ladang.
Pada mulanya, orang-orang sama sekali tidak percaya bahwa kecapi yang dimainkan si Nahum itu bisa menyiangi ladang sehingga bersih rumputnya, namun, setelah mereka melihat sendiri keadaan ladang padi si nahum yang bersih dari rumput, sementara si Nahum sendiri kerjanya setipa hari hanya memeinkan kecapinya kesana kemari, percayalah mereka bahwa kecapi kepunyaan si Nahum memang benar sekali. Tidak lama kemudian, tersiarlah berita keseluruh pelosok desa bahwa si Nahum mempunyai kecapi sakti yang bisa meyiangi ladang.
Karena mendengar berita itu, seorang lelaki datang menemui si nahum. Lelaki itu datang menemui si nahum. Lelaki itu di kenal dengan julukan si Pemalas. Dia dijuluiki orang demikian karena dia memang sangat malas sehingga dia tidak pernah mau membatu istrinya bekerja ke ladang. Yang di lakukan si Pemalas setipa hatinya hanyalah berjudi atau mengobrol di kedai kopi sambil bermain catur.
Pada saat bertemu dengan si Nahum, langsung si pemalas mengutarakan keinginanya untuk meminjam kecapi sakti kepunyaan si Nahum.
‘Saya mau menyiangi ladang padi saya dengan kecapi itu,’ kata si Pemalas sambul menunjukkan kecapi kepunyaan si Nahum.
Tentu saja si Nahum menolak unutk meminjamkan kecapi saktinya kepada si Pemalas. Bagaimanapun caranya si pemalasmembujuk, si Nahum btetap menolak untuk meminjamkan kecapinya. Karena si nahum tetap menolak, akhirnya si Pemalas memutuskan untuk menukar kecapi si Nahum dengan perhiasan emas. Itulah yang ditunggu-tunggu si Nahum. Dia pun menyetujui keputusan si Pemalas. Lalu, pergilah si pemalas mengambil perhiasan istrinya dari rumahya.
Tak lama kemudian, si Pemalas datang kembali menemui si Nahum untuk menyerahkan perhiasan emas itu. Sebelum kecapinya diserahkan kepada si Pemalas, kecapi itu lebuh dahulu dibungkus rapi oleh si Nahum. Kemudian, si Nahum menyerahkan kecapi sakti kepada si Pemalas sambil memberitahukan kepadanya bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi si Pemalas agar kesaktian kecapi itu tidak hilang.
Syarat pertama, kecapi itu tidak boleh langsung dimainkan, tetapi harus lebih dahulu ditunggu tiga hari tiga malam. Syarat kedua, kecapi itu harus diletakkan di atas para-para yang tergantung di atas tungku di dapur rumah. Syarat ketiga, kecapi itu sama sekali tidak boleh dipegang atau dimainkan anak-anak. Kalau sudah satu dari ketiga syarat itu dilanggar, dengan sendirinya kesaktian kecapi itu akan hilang.
Setelah mendengar penjelasan si Nahum mengenai segala persyaratan yang harus dipenuhinya, si Pemalas berjanji dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi semua persyaratan itu. Setelah bersalaman dengan si Nahum , pergilah si Pemalas membawa kecapi sakti itu kerumahnya. Sepanjang jalan, dia bersiul-siul dengan gembira karena kini dia sudah punya kecapi sakti. Si Pemalas merasa senang sekali. Dia yakin sepenuhnya bahwa tanpa bekerja sama sekali dia akan dapat menyiangi ladang padi yang sudah ditumbuhi rumput.
Ketika sampai di halaman rumahnya, si Pemalas bertemu dengan tiga orang anaknya yang sedang bermain-main di halaman itu. Ketika melihat ayah merek membawa sesuatu yang dibungkus, ketiga anak itu berebut bertanya apa yang dibawa ayahnya. Tanpa menjawab pertanyaan anak-anaknya itu, si Pemalas terus saja masuk rumah dan langsung pergi ke dapur. Kemudian, dia letakkan kecapi sakti itu ke atas para-para yang tergantung di atas tungku. Tanpa diketahui si Pemalas, ketiga orang anaknya mengintip apa yang dilakukan Si Pemalas di dapur itu.
Setelah meletakkan kecapi sakti itu di atas para-para, si Pemalas segera keluar rumah dengan maksud mencari si Nahum dan mengajaknya bermain catur. Dia menemukan si Nahum sedang duduk mengobrol di kedai kopi. Si Pemalas masuk ke kedai kopi, dan mengajuak si Nahum bermain catur dengan taruhan uang. Si Nahum menerima ajakan Si Pemalas dengan senang hati.
Sambil bermain catur, si Pemalas menceritakan kepada si Nahum bahwa kecapi saktinya sudah diletakkan di atas para-para. Lalu, si Nahum berkata,’Setelah tiga hari nanti, kamu akan melihat sendiri buktinya. Kamu boleh memainkannya sesuka hatimu dengan memainkan kecapi sakti itu di ladang padimu yang sudah banyak ditumbuhi rumput akan menjadi bersih. Semua rumput yang tumbuh mengganggu padi di ladang itu akan hilang.’’
Ketika si Pemalas dan Si Nahum asyik bermain catur di kedai kopi , ketiga anak si Pemalas memeriksa apa yang diletakkan ayah mereka di atas para-para. Mereka sangat penasaran hendak mengetahuinya karena ketika mereka tanyakan tadi ayah mereka tidak mau menjawab.
Tak lama kemudian, si Pemalas da Si Nahum yyang sedang asyik bermain catur di kedai kopi mendengar suarakecapi di petik. Mendengar suara kecapi itu, si pemalas segera keluar dari kedai kopi. Ternyata anaknya yang sulung sedang memainkan kecapi di jalan sambil diiringi kedua badinya dan beberapa kawan mereka. Rupanya, kecapi sakti yang diletakkan si Pemalas di atas para-para dapur sudah diambil anaknya.
Melihat kejadian itu si Nahum berkata,’Kesaktian kecapi itu sedah hilng dadn tidak dapat lagi digumakan menyiangi ladang padimu.’
Dalam hati, si Nahum tertawa karena kecapi itu sebenarnya sama sekali tidak sakti. Selama ini, dengan sembunyi-sembunyi dia menyiangi ladang padinya pada waktu malam hari. Kemudian, siangnya dia bermain kecapi bdan mengatakan kepada orang-orang bahwa kecapi yang dimainkannya itulah yang menyiangi ladang padinya itu

KUMPULAN DONGENG LEGENDA TINGGI RAJA

LEGENDA TINGGI RAJA


Di daerah Simalungun terdapat sebuah gunung yang bernama Tinggi Raja. Di sekitar Gunung Tinggi Raja terhampar hutan lebat dan pemandangan alam yang indah, penuh dengan tumbuhan bunga.
Menurut cerita, pada zaman dahulu kala, kawasan tempat berdirinya Gunung Tinggi Raja adalah suatu kerajaan kecil yang dipimpin oleh Raja Purba Silangit. Dari permaisuri dan selir-selirnya, Raja Purba Silangit memperoleh beberapa orang putri cantik. Salah seorang diantaranya yaitu, putri dari permaisuri, luar biasa cantik parasnya. Oleh karena itu, putri itu sangat disayangi oleh Raja Purba Silangit dan permaisurinya.
Pada suatu masa, tibalah saatnya untuk menyelenggarakan upacar menanam padi di ladang kepunyaan Raja Purba Silangit. Raja dan permaisuri beserta selirnya, disertai oleh putri-putri mereka bersama penduduk kerajaan ikut di dalam upacara menanam padi. Akan tetapi, putri Raja Purba Silangit yang sangat cantik itu tidak diperkenankan ikut dalam upacara itu. Permaisuri dan Raja Purba Silangit khawatir putrinya yang sangat cantik itu akan kelelahan dan rusak kulitnya disengat matahari. Meskipun sang Putri meminta agar diperkenankan ikut, permintaanya itu tetap ditolak oleh Raja Purba Silangit dan permaisurinya.
Setelah semua orang pergi mengikuti upacara menanam padi, tinggallah sang Putri di istana yang bernama Rumah Bolon. Karena sangat pedih ditinggalkan semua orang, menagislah Putri tersedu-sedu. Mendengar suara tangisan Putri, datanglah Neneknya, yaitu Ibu Purba Silangit. Sang Nenek menanyakan mengapa sang Putri menangis.

“Hamba ingin sekali ikut ke ladang menghadiri upacara menanam padi, tetapi tidak diperkenankan oleh Ayah dan Ibu,” kata sang Putri.
Mendengar keterangan cucu kesayangannya itu, ibalah hati sang Nenek melihat sang Putri.
“Apakah sang Putri masih ingin pergi ke ladang melihat orang yang melakukan upacara menanam padi di sana?” tanya sang Nenek.
“Hamba ingin sekali melihat upacara itu karena selama ini hamba tidak diperbolehkan pergi kemana-mana. Di pihak lain, saudara-saudara hamba yang lain selalu bebas pergi ke mana saja mereka suka,” kata sang Putri.
Untuk memenuhi keinginan cucu kesayangannya itu, sang Nenek menyuruh sang Putri memasak air di kuali yang besar sekali. Ke dalam kuali itu harus pula dimasukkan daging. Semua yang disuruh neneknya itu dikerjakan oleh sang Putri.
Setelah air dalam kuali yang sangat besar itu mendidh dan daging yang di dalamnya menjadi lembek, disuruh neneknyalah sang Putri masuk ke air mendidih itu. Karena sang Putri yakin Neneknya itu tidak akan mencelakakan dirinya, masuklah dia ke dalam kuali yang berisi air mendidih itu.
Beberapa saat setelah sang Putri tenggelam dalam air yang mendidih itu, terjelmalah dia menjadi seekor merpati yang cantik sekali. Kemudian, merpati itu terbang menuju ladang ayahnya Raja Purba Silangit. Tak lama kemudian, tampaklah merpati itu terbang berputar-putar di atas orang ramai yang sedang melakukan upacara menanam padi di ladang itu. Sambil terus terbang berputar-putar di angkasa, burung merpati itu bernyanyi. Orang banyak jadi tercengang mendengar nyanyian merpati itu. Mereka pun teringat kepada sang Putri yang mereka tinggalkan di istana sebab suara merpati itu menyerupai suara sang Putri. Kemudian, mereka sadar bahwa mereka sudah lupa menyuruh mengantar makanan untuk sang putri dan ibu Raja Purba Silangit yang ditinggal di istana.

Raja Purba Silangit segera menyuruh seseorang agar pergi mengantar makanan istana untuk ibu dan putrinya. Dalam upacara menanam padi itu berbagi makanan sengaja dimasak untuk orang banyak yang ikut dalam upacara itu. Orang yang disuruh Raja Purba Silangit mengantar makanan itu sengaja memilih makanan yang paling enak dan dibawanya ke istana. Akan tetapi, di tengah jalan menuju istana sebagian besar makanan itu dilahapnya. Kemudian sisa-sisanya dia serahkan pada Ibu Raja Purba Silangit yang sudah lapar karena makanan lama sekali baru diantarkan untuknya.
Ketika Ibu Raja Purba Silangit mengetahui bahwa makanan yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa, maka perasaannya tersinggung dan dia jadi murka sekali. Oleh karena itu, pergilah dia menangkap seekor kucing. Kemudian, kepala kucing itu diikatnya dengan kain pengikat kepala yang biasa dipakai oleh perempuan kalau melakukan tarian adat. Setelah itu, dia dipanggil beberapa orang anak-anak untuk mengikuti ke balai pertemuan yang terletak dekat istana.
Setelah mereka berada di balai pertemuan itu, dia disuruh anak-anak itu memainkan gendang yang terdapat di tempat itu. Dengan iringan bunyi gendang yang dimainkan anak-anak itu, kucing yang dibawanya dia suruh menari-nari. Lalu menari-narilah kucing itu mengikuti irama gendang adat yang dimainkan anak-anak itu tak lama kemudian, awan gelap mulai menutupi lubang-lubang tanah yang terbelah itu memancar air panas. Makin lama, goncangan gempa itu semakin kuat dan bertambah banyak tanah yang terbelah dan runtuh. Air panas yang tersembur dari dalam tanah mengalir kemana-mana.
Mereka yang sedang melakukan upacara menanam padi di ladang Raja Purba Silangit menjasi ketakutan dan berlari kesana kemari untuk menyelamatkan diri. Namun, tak seorang oun dari mereka yang berhasil menyelamatkan diri. Semuanya hilang ditelan bumi. Setelah sekian jam digoncang gempa, lenyaplah kerajaan Raja Purba Silangit bersama semua pengisinya. Kemudian, sebagai gantinya terbentuklah sebuah gunugn di bekas tempat kerajaan itu. Di kemudian hari, gunug itu dinamakan orang Gunung Tinggi Raja.
Puluhan tahun kemudian setelah kejadian gempa itu, disekitar Gunung Tinggi Raja tumbuh hutan lebat. Ditengah-tengah hutan itu terdapat banyak bunga yang berwarna-warni. Bunga-bunga itu merupakan penjelmaan dari permaisuri dan para selir Raja Purba Silangit. Di kawasan itu terdapat pula tanah membukit yang bentuknya menyerupai bangunan istana yang disebut Rumah Bolon. Selain itu, terdapat pula unggukan tanah yang bentuknya menyerupai lesung besar yang pada zaman dahulu terdapat di kerajaan Raja Purba Silangit.